cinta, makna dan artinya

Cinta itu misteri, tidak ada kata-kata yang bisa mewakili kedalamannya. Cinta
adalah sebuah semudera yang kedalamannya tak terukur. Cinta tak dapat ditemukan
dalam belajar dan ilmu pengetahuan, buku-buku dan lembaran-lembaran halaman.
Apa yang dikatakan orang tentang cinta adalah kulitnya. Intisari cinta adalah
misteri yang tak dapat kau singkap!!

Cinta!! Kata yang satu ini sungguh unik, misterius dan ibarat adat dalam budaya
Minangkabau, “Tidak lekang karena panas, tidak lapuk karena hujan”,
di mana-mana dan kapan saja, selalu muncul dengan dimensi yang “dianggap”selalu
berbeda-beda. Karena alasan cinta juga, Adam pernah memperturutkan kehendak Hawa,
untuk mendekati si pohon terlarang. Akibatnya, keduanya tercampak dari surga
yang tinggi, harus hidup menetap di bumi manusia. Di berbagai belahan dunia yang
berbeda-beda, cinta pernah melahirkan Romeo dan Juliet ala William Shakspeare,
pernah membentuk wujud Rama dan Sinta dalam dunia wayang, pernah mencuatkan kisah
Laila dan Majnun, pernah menitis dalam banyak lakon-lakon di dunia layar lebar
atau sinetron televisi. Di luar soal benar tidaknya sudut pandang cinta yang
mereka gombar-gmborkan itu, cinta laris dijajakan banyak pihak. Para manager
bisnis perfilman, para event organiser, para penerbit, produser dan kalangan
pebisnis lainnya, seringkali memanfaatkan tema “cinta”, untuk mengeruk
keuntungan sebanyak-banyaknya.


Nah, ketidakpahaman banyak pihak terhadap makna cinta sesungguhnya, atau kesalahpahaman
banyak orang dalam memaknai cinta, akhirnya menjadi sasaran empuk dunia bisnis
entertainment, dengan seabrek variasinya. Cinta, yang selalu diidentikkan dengan
nafsu, akan amat banyak makanan tidak sehat yang bisa disajikan, dan dijamin
laris manis, kalau dijajakan secara apik dan menarik. Dengan alasan itu, sebelum
berbagai topik tentang cinta digulirkan, sebaiknya kita menelaah lagi beberapa
hal yang terkait dengan cinta, termasuk makna dan definisinya.


Definisi Cinta


Imam Ibnul Qayyim ? mengatakan bahwa tidak ada batasan cinta yang lebih jelas
daripada cinta itu sendiri. Membatasi makna cinta, justru hanya akan menambah
kabur dan kering maknanya. Maka, definisi dan penjelasan cinta tersebut tidak
bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri.


Kebanyakan orang hanya berupaya memberikan penjelasan tentang cinta, dilihat
dari sisi latar belakang munculnya cinta tersebut, konsekuensi, tanda-tanda,
hal-hal yang bisa mencuatkan eksistensi cinta itu, dan hasil atau buah dari cinta,
serta hukum-hukum yang terkait dengan cinta. Maka, batasan dan gambaran cinta
yang mereka berikan hanya berkutat pada enam hal di atas walaupun masing-masing
berbeda dalam cara mendefinisikannya, tergantung pada pengetahuan, kapasitas
dan kemampuan memahaminya.


Meski demikian, ada juga sebagian di antara kelompok manusia yang mendefinisikan
cinta dengan takaran makna yang bisa dimaklumi. Beberapa definisi cinta antara
lain sebagai berikut :


* Kecenderungan seluruh hati yang terus menerus (kepada yang dicintai)


* Kesediaan hati menerima segala keinginan orang yang dicintai


* Kecenderungan sepenuh hati untuk lebih mengutamakan dia daripada diri dan
harta sendiri, seiya sekata dengannya, baik dengan sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan,
kemudian merasa bahwa kecintaan tersebut masik kurang


* Pengembaraan hati karena mencari yang dicintai, sementara lisan senantiasa
menyebut-nyebut namanya


* Menyibukkan diri untuk mengenang yang dicintainya dan menghinakan diri kepadanya


Demikian diungkapkan oleh Ibnul Qayyim ?. Itu makna cinta, dalam skala definisi
dan penjabaran ringkasnya.


Di lain kesempatan, Ibnul Qayyim ? menjelaskan, “Cinta dapat dirumuskan
dengan memperhatikan turunan kata cinta, mahabbah, dalam Bahasa Arab. Mahabbah
berasal dari kata hubb. Ada lima makna kata untuk akar kata hubb. Pertama, ash-shafa
wa al-bayadh, putih bersih. Bagian gigi yang putih bersih disebut habab al-asnan.
Kedua, al-‘uluww wa azh-zhuhur, tinggi dan kelihatan. Bagian tertinggi
dari air hujan yang deras disebut habab al-ma’i. Puncak gelas atau cawan
disebut habab juga. Ketiga, al-luzum wa wa ast-tsubut, terus-menerus dan konsisten.
Unta yang menelungkup dan tidak bangkit-bangkit dikatakan habb al-ba’ir.
Keempat, lubb, inti atau saripati sesuatu. Biji disebut habbah, karena itulah
benih, asal, dan inti tanaman. Jantung hati, kekasih orang yang tercinta disebut
habbat al-qalb. Kelima, al-hifzh wa al-imsak, menjaga dan menahan. Wadah untuk
menyimpan dan menahan air agar tidak tumpah disebut hibb al-ma’i.”


Baiklah. Itu adalah sekian makna cinta yang dikupas oleh Ibnul Qayyim ?, berdasarkan
akar kata dari mahabbah, yang artinya cinta. Luas dan cukup padat maknanya. Karena
cinta memang merupakan olahan rasa dalam lubuk jiwa, memuat sekian bentuk rasa,
kondisi, situasi dan keterikatan, membaur dalam nuansa rasa yang unik, hanya
dapat dirasakan, namun sulit diungkapkan dengan kata-kata. Terkadang, cinta itu
berbaur dengan ragam rasa lainnya, bisa kita sebut dinodai atau dikotori oleh
perasaan-perasaan lain, yang terkadang dianggap orang sebagai bagian dari cinta
tersebut. Mereka yang tidak mengenal substansi cinta sejati, akan mudah terperdaya
oleh gerombolan liar perasaan yang mencoreng kesucian cinta. Sehingga, umat manusia
pun terjebak dalam definisi-definisi mandul tentang cinta.


Seperti disebutkan Ibnul Qayyim ? di atas, sebagian orang mendefinisikan cinta
melalui beberapa hal. Pertama, dari berbagai latar munculnya cinta. Kedua, dari
berbagai konsekuensinya. Ketiga, dari tanda-tanda yang muncul saat orang terbuai
cinta. Keempat, dari berbagai hal yang bisa mendongkrak potensi cinta. Kelima,
dari hasil yang

No comments:

Post a Comment